Saturday, November 26, 2016

Para Pematri Rindu

Ornamen berupa harga diri yang mustahil untuk dilepaskan.
Goresan tinta yang luntur karena munculnya awan hitam.
Pusaka langit membobol arti kedewasaan.
Bukan salah para pematri rindu apabila muncul langit yang kelam.

Nyata namun tak tampak, jarak yang mengikis rasa
Bila hanya memimpikan, aku bukan untuk dipamerkan
Dia yang dikenal, sebuah momen yang emosional.
Bukan merupakan pesan, hanya sebuah tulisan.

Paragraf terakhir mencoba menghantui setiap malam.
Buruknya memori mengubah insan dalam sejentik jari.
Ia tiba setiap senja bukan untuk menyampaikan salam.
Melainkan sebuah pengingat bahwa tidak bisa melarikan diri.

Mencoba memimpin pada hari itu dan mereka menatap.
Sosok petinggi tidak menampakkan batang hidungnya.
Sudah setahun lebih menguat dan tidak meratap.
Mungkin hanya inilah yang mereka punya.

0 comments:

Post a Comment