Tuesday, June 16, 2015

Mata, Sendi dan Ekspresi

0 comments
Image result for i origins

Kamu pernah melihat mata seseorang?
Ini pertanyaan retorika, tak usah dijawab.
Pertanyaan sebenarnya;
Kamu pernah benar-benar melihat mata seseorang?

Ada yang bilang mata terhubung dengan jiwa, di manapun ia berada.
Mata menunjukkan ketulusan, kejujuran, kemunafikan seseorang, semua orang.
Pergerakan seluruh otot, syaraf bahkan ujung rambut;
Semua berawal dari mata.

Ketika mulut berkata bahwa ia paling benar,
Maka mata akan bereaksi apakah itu menyetujui atau bahkan menyangkalnya.
Akan diteruskan lagi ke seluruh tubuh dari seorang insan.
Bahkan, membaca detak jantung.

Air mata? Jangan pernah salahkan air mata.
Semudah membaca apakah air mata itu jatuh;
Melalui mata sebelah kanan, ataupun sebelah kiri.
Semuanya terbaca. Sangat jelas.

Dari situ, mata membaca waktu.
Waktu yang tepat, sampai eksekusinya.
Mata akan berbicara lebih dari seseorang itu sendiri.
Sampai kelopak akan menghalangi semua visual,
Baik sementara,
Ataupun selamanya.

Wednesday, June 10, 2015

Letak Kesendirian

0 comments
Tiada yang mengetahui, bahkan kesepian itu sendiri.
Apa artinya sendiri?
Tidak bersama orang lain; itu sepengetahuanku.
Jadi, maksudnya waktu sendiri itu apa?
Waktu bersama orang lain? Loh, tidak sendiri dong?
Kalau begitu, apa sendiri = bersama orang lain?

Ini membingungkan.
Entah telingaku yang salah, atau otakku yang agak meragu.
Atau mungkin, hanya aku yang salah menginterpretasikannya.

Jadi, di mana letak kesendirian itu?
Di kepala?
Di dalam dada?
Di otak sebelah kanan?
Di dalam hati nurani?
Di sepanjang pembuluh darah?

Aku meminta untuk kau bercermin. Kau meminta balik untuk aku bercermin.
Dengan licik aku mengintip. Aku melihat kau bercermin dari kejauhan.
Apa yang kulihat?
Aku melihat aku yang dulu, di dalam refleksimu, jauh di dalam matamu....
Jauh di dalam benakmu.

Bukan, hal itu bukan sendiri.
Bukan kesendirian, maupun kesepian.
Itu pelampiasan.

Tuesday, June 9, 2015

Masalah Kepercayaan Diri

0 comments
Sebenarnya udah lama punya pikiran kayak gini. Dari lahir, mungkin? Tapi keadaan dan mood sangat memungkinkan untuk akhirnya gue putusin untuk nulis tentang ini.

Ya. Kepercayaan diri. Masalah yang dari dulu gue punya. Lebih ke fisik sih, sebenernya. Dari kecil gue jelek, gendut, pendek, item, model rambut semacam siluman kelereng (all rights to Raditya Dika) dan lo tau? Gue dari dulu dikatain "fat ass" (ditulis dalam bahasa Inggris untuk mengurangi bahasa yang kurang sopan dan menyakiti diri sendiri). Pokoknya semua yang jelek lah secara fisik ada di dalam diri gue. Karena alasan itulah gue mencoba menutupi semua itu dengan menjadi humoris, melakukan hobi gue dengan jadi pinter, olahraga dan musik. Lo semua lah ya yang menilai apakah gue berhasil dalam semua bidang itu.

Pertama kali, pas SMP ada yang bilang suka sama gue, nggak langsung dari dia, tentunya, gue tau dari temennya. Gue shock. Dia putih, kurus dan cantik. Bayangin seorang yang seperti itu bisa suka sama gue. Ya, dia pacar pertama gue dan nggak berlangsung lama kok. Sampe akhirnya mantan gue yang gue ceritain yang 5 tahun itu. Jujur, dia biasa aja secara fisik, tapi emang menarik perhatian gue dari inner beautynya. Gue, bahkan sampe sekarang, gue tau ini salah dan bisa dibilang gue nggak pantes ngomong gini. Gue membuat 'level' gue sendiri. Gue merasa sangat tidak pantas kalo bersama yang levelnya di atas gue. Yang mana itu yah cantik, putih, eksis, pokoknya semua yang cowok inginkan dari seorang cewek lah. Shock kedua gue adalah ketika kelas 8 ke kelas 9, di mana dia sekelas, dia eksis parah, cantik, inceran semua cowok, wushu dan kelebihan lainnya lah, dua temen dia dan temen gue juga, bilang kalo dia suka gue. Di pikiran gue,"ITU MUSTAHIL WOY". Tapi ya tanda-tanda kalo dia suka sih emang keliatan, dengan intensnya dia ngehubungin gue dan bahkan bilang gamau pisah kelas sama gue. Tapi tetep di angan gue selalu bilang, "ITU MUSTAHIL WOY".

Alasannya? Kenapa gue ngerasa kurang pantas yang levelnya di atas gue? Oke.
Pertama, gue ngerasa kalo gue bakal ngecewain. Dia bakal ngerasa malu jalan sama gue yang bahkan (menurut gue sih) don't know how to dress well ala-ala cowok-cowok mesos di luar sana.
Kedua, gue takut dia bakal dengan mudah direbut sama cowok lain dengan gue merasa nggak akan pernah cukup ada untuk dia, lahir maupun batin dan ini didukung poin pertama tadi. Dengan kelebihan dia itu dengan mudahnya cowok lain bakal suka sama dia dan gue gatau kan di dalam perasaannya dia gimana?

Iya. Sebenernya gue masih bertahan dengan prinsip,"Kalo dia sayang, dia pasti bakal bertahan." Tapi itu nggak jaminan. Seperti yang udah pernah gue bilang, gue nggak mau berekspektasi lagi. Daripada mikir tinggi tapi kecewa.

Kan, melenceng dari topik kan. Balik ke topik deh.
Mindset kayak gini gue bawa, bahkan sampe sekarang. Walaupun banyak sebenernya yang bilang (beberapa sih, nggak banyak) gue ganteng lah (HAHA BULLSHIT), gue good looking enough lah, ketika gue bilang,"Katanya ada yang suka sama gue" ke salah satu temen cewek gue, doi bilang,"Berarti lo nggak sejelek yang lo pikir, Bang". Tetep aja minder. Gue merasa gue nggak akan pernah cukup buat seseorang, dengan bukti yang ada selama hidup yang gue jalanin dan sekarang sedang sangat gue rasakan. Gue ngerasain gue sering dikecewain. Sejujurnya, bukan sering, jarang tapi sekalinya dikecewain: BEUUUH DAHSYATNYA~. Itu sih sebenernya yang bikin gue feelingless. Men, susah yha kalo punya perasaan.

But it's just me and my insecurities, just let us be.
9/6/2015, 10.03 PM, first update.

Wednesday, June 3, 2015

Forgive But Not Forget

0 comments
FALSE

It's forget but not forgive, ah.
But once again, It's perspective.

I mean, just.... come on.
How can you say you forgive,
when you still talk about it?
when you still bragging about it?
when I, obviously don't do it anymore?

You saw the impact.
I didn't sleep, I can't. I didn't eat, I lose my appetite. i even collapsed.

You said you want the old me, the better me.
And you said if I keep getting worse, you feel pity, not love.
And you made me do it. It's a big deal, you know.

If you try on taking revenge,
If you are trying to hurt me,
Good. You are very succeed. Mission accomplished.
If you still not satisfied, please. Time it.
And get back to my life, like our (second) first met.

You took almost everything in me, brought back the old me.
I'm so fucking grateful, if you ask me.
That's something I always wanted since I entered this institution.
That's something I always wanted since she fucking left me.
That's something I always wanted since we've gone THAT far.

But I can't do it,
Not when you said you waited outside my door.
But I opened the door, stay inside and seeing you....
with someone else.

That's me when I fall for someone, once again.
I drop everything for her.



P.S: Sorry for all those fucking swearing.
Just kidding, I'm not fucking sorry.