ketika susah payah mencari biaya, teman-teman selalu menemani
keringat dan darah menghiasi berbulan-bulan, demi rupiah demi popularitas
ketika senior mulai bertindak, kami pun angkat kaki dan mulai lagi menjalani
walau kami memaksakan senyum kami, tapi kami akan tertawa di hari pentas
tetapi nasib berkata lain, tak ada guna bagiku perasan keringat yang lalu
dengan sangat mudahnya, wanita yang biasa kau sebut dengan bunda
menunjukkan keotoriterannya dengan sebuah kalimat, dan mematahkan semangatku
senyum yang kurajut dengan susah payah sebelumnya, kini tiada
marah mungkin satu-satunya jalan, 'mungkin'? bagiku 'memang'!
duduk di kursi sepanjang malam tanpa teman membuatku tidak tenang
gemerlap malam yang ingin kulewati bersama teman-temanku pupus sudah
berada di dalam penjara yang tak terlihat, serasa ingin menggigit lidah
puisi ini gw buat pas ngerasa dikekang banget sama nyokap, memang agak kontroversial.
Saturday, September 4, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment