Tuesday, July 28, 2015

Menjemput Mentari

Kamu, kami dan seluruh gelombang yang berdiri.
Celah sempit dari balik pintu yang menjemput mentari.
Datang dengan kebisuan namun diam-diam menyengat.
Di antara panas dengan arah dan koordinat.

Sekian langkah pada jemari penggenggam hati.
Berlari sekian jauh hanya untuk diam di tempat, lalu? Mati.
Peti kayu berselimutkan keraguan berlapis tiga papan.
Sampai akhirnya tidak bisa membedakan belakang dan depan.

Tersulut api cemburu hingga kepala ini meledak.
Kau dan mereka berhasil apabila memang ingin membuat tersedak,
Tersengat listrik pada beberapa titik vital yang saling berbagi.
Kami.... Bukan. Aku, tidak dapat menahannya lagi,

Ketika sampai atau melampaui titik jenuh.
Baik pada keadaan setengah terisi, atau setengah penuh.
Tak akan keluar,
Tertutup pintu ini malam ataupun pagi.
Aku memutuskan untuk pergi dan tak akan kembali lagi.

0 comments:

Post a Comment